OLEH: Sahib Munawar Akademisi.
OPINI – Kampus seyogyanya dijadikan sebagai wadah untuk mengukur kualitas, Intelektualitas serta integritas bukan lagi pada wilayah untuk mencari kuantitas pasca alumni.
Kampus yang berlabelkan islam harus dapat menciptakan parah intelektual yang moderat. Sebab masyarakat pada saat ini membutuhkan kehadiran intelektual,cendikiawan yang profesional dalam bidangnya yang memiliki pemahaman keagamaan yang moderat. Kita sekarang telah menghadapi yang namanya krisis pendidikan di era modern atau lebih trennya digitalisasi-AI.
Sebagai alumni dan juga pendidik saya menawarkan sebuah konsep yang dalam pendidikan filsafat disebut sebagai “perenialisme” yaitu, mengutamakan kepentingan pada norma dan praktik pendidikan masa lalu yang dianggap lebih ideal dan terbukti tahan uji. Yaitu nilai nilai luhur seperti kejujuran, kerja keras, gotong royong dan metode pembelajaran yang menekankan pada hafalan dan pemahaman teks klasik, meskipun pendekatan ini menawarkan solusi yang menarik tapi perlu diingat bahwa dunia telah berubah secara signifikan.
Nilai nilai masa lalu perlu diadaptasi dan dipadukan dengan keterampilan abad ke-22 ini agar selalu relevan dengan tantangan pendidikan pada saat ini.
Dalam konteks globalisasi dan keberagaman agama moderasi beragama sudah menjadi topik yang semakin penting di seluruh dunia, termasuk indonesia dan khususnya di Maluku Utara bahwa perkembangan ini ditandai dengan munculnya berbagai aliran, mulai dari yang moderat hingga yang ekstrem dalam praktik keagamaan.
Menurut hemat saya bahwa moderasi adalah sikap mengambil jalan tengah. Seperti salah satu contoh konkret yaitu dalam berbagai forum diskusi, biasanya ada seorang moderator yang berperan sebagai penengah dalam proses diskusi, bersikap netral tanpa memihak pada siapa pun atau pendapat tertentu, serta berlaku adil bagi semua peserta diskusi.
Demikian juga moderasi beragama melihat dan menjalani agama dengan cara yang seimbang, sesuai dengan konsep moderasi tersebut.
Dengan moderasi beragama, seseorang tidak bersikap ekstrem atau berlebihan dalam melaksanakan ajaran agamanya. Dan individu yang menerapkan sikap ini disebut sebagai orang yang moderat.
Temu kangen untuk alumni bukan temu silahturahmi biasa, tapi temu ide dan gagasan, acara temu alumni bukan reuni bisa yang itu hanya seremoni, akan tetapi pada lintas pikiran dan intelektual, seperti halnya dalam silahturahmi dalam lintas agama, moderasi beragama, ketika ustadz atau ulama ketemu pastur tidak mungkin saling tanya tentang tuhan dalam wilayah keyakinan.
Dalam kacamata saya sebuah keyakinan pada konteks teologi itu jauh sebelumnya sudah diperdebatkan di abad bani abbasiyah, seperti aliran mutazilah yang selalu mengutamakan akal dari pada wahyu, sementara asy’ariyah selalu mempertahankan keyakinan dalam konteks wahyu. Bahwa di zaman nabi muhammad pra islam sudah ada perdebatan soal tuhan yang bersifat eksetoris.
Pengamat saya bahwa pendidikan filsafat sangat penting, imam al ghazali dia bilang bahwa perang pendidik dalam pendidikan adalah bertujuan untuk membimbing,memperbaiki , menyempurnakan dan mensucikan hati agar lebih dekat dengan sang khalik, sebab manusia adalah insan yang mulia.
Oleh sebab itu pridikat kemulian manusia harus di dijewantahkan dalam tindakan moral terhadap sesama insan dan lingkungan lain.
Orang yang masih tergangu dengan cacian, kritikan dan hinaan orang lain, adalah manusia yang amatiran, sebab jiwanya tergangu oleh mentalnya.
Sebagai orang yang memiliki jiwa yang mulia, agar kiranya saling memahami terhadap sesama, saling tolong menolong. Bukan karena ego dengan nafsu hewani yang hanya memintingkan urusan kekuasaan dan jabatan hingga mengabaikan yang lain.
Dalam pendekatan al razi seorang filsuf muslim dan sangat pionir dibidang kesehatan mental dengan aspek filosofisnya. Bahwa jondisi kesahatan mental/ fisik seseorang sangat di pengaruhi secara subtansial oleh stabilitas mental, atas faktor lingkungan, harus dengan psikotrapi dalam memainkan peran yang sangat signifikan dalam perkembangan pradigma manusia.
Hemat saya kampus seyogyanya menyediakan jurusan baru di bidang trapi jiwa dan mentalitas. Dalam perencaan soal alistatus IAIN ke UIN agar bisa terlaksana dengan baik. Itulah harapan besar kami, selaku alumni IAIN Ternate.
Sukses selalu temu Alumni IAIN Ternate Tahun 2025.