OLEH: M. Rifki Makatita
OPINI,BidikFakta.id – Kesulitan ekonomi merupakan fakta di mata rakyat, fakta itu mungkin saja bisa di bantah oleh data statistik resmi pemerintah.
Tetapi Rakyat yang mengalami secara langsung, rakyat mulai mempertanyakan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidup lewat jalur Kesulitan ekonomi saat ini, sementara pemimpin sibuk dengan konsulidasi politik untuk mengstabilkan ekonomi, tetapi konsulidasi itu bukan tentang pemulihan ekonomi, malainkan bagaimana mempertahankan kepentingan keluarga maupun kelompok.
Memimpin bukanlah sesuatu hal yang mudah, seperti apa yang orang lain pikirkan. Tetapi jika seorang individu telah masuk dalam dunia pemimpin, maka dialah yang menentukan arah dan cara meminpin nya. Tanggungjawab yang telah di berikan oleh rakyat atas dasar pemilihan umum, yang di lakukan 5 tahun sekali seharusnya arah dan tujuan meminpin nya lebih berpihak kepada rakyat, rakyat lah yang terus mengontrol setiap kebijakan pemimpin yang tidak sesuai dengan kemauan rakyat.
Pemimpin atas dasar integritas di Indonesia belum ada dalam fakta sejarah yang telah terjadi di masa lalu, masa kini maupun yang akan datang, korupsi terjadi dimana-mana, sementara Rakyat hanya bisa menonton uang mereka dihilangkan oleh pejabat yang katanya kerja untuk rakyat, malah rakyat di tindas oleh kebijakan mereka sendiri yang katanya kebijakan itu atas pemulihan ekonomi malah menimbulkan kesengsaraan terhadap rakyatnya sendiri.
Anak dari pedesaan terpaksa keluar dari kampung halamannya,
Terpaksa untuk memilih berpisah untuk pergi berkerja maupun kuliah di perkotaan, itu semua dilakukan untuk mengisi ekonomi keluarga di perkotaan, tetapi di persampingan jalan di hadang oleh ongkos.
Ini adalah fakta yang menunjukkan bahwa kesulitan ekonomi bisa saja menghalang untuk bergerak di negara sendiri.
Katanya Indonesia kaya akan alam, nikel dimana mana bahkan emas batu barah dll yang tak perlu di bahas satu persatu, melamar kerja pun ada yang disulitkan bahkan ada yang berasumi dari setiap individu bahwa ternyata melamar kerja di negara ku sendiri harus mempunyai potensi dan ordal, bahkan ada yang tak bisa makan karena tak punya cukup uang.