Oleh: Fandi Upara.
OPINI,BidikFakta.id – Dulu, organisasi mahasiswa dan pemuda adalah bara api perlawanan. Mereka turun ke jalan bukan demi panggung politik atau kepentingan pribadi, melainkan sebagai suara tulus dari rakyat yang tertindas. Kini, bara itu nyaris padam. Api perjuangan yang dulu menyala kini hanya jadi asap yang mengepul di ruang-ruang seminar, sibuk dengan agenda formal yang kehilangan ruh keberpihakan.
Hari ini, terlalu banyak organisasi mahasiswa dan pemuda yang memilih untuk ada dalam sistem. Bukan untuk menggugatnya, tetapi untuk menikmatinya. Mereka akrab dengan kekuasaan, duduk manis dalam forum-forum resmi, dan berbicara atas nama rakyat, tetapi tak lagi hidup bersama rakyat. Mereka lebih sibuk mengejar legalitas dan akreditasi, bukan mengadvokasi penderitaan rakyat.
Kepentingan rakyat tak lagi jadi prioritas. Bahkan, seolah telah dicoret dari tujuan organisasi. Jika dulu demonstrasi adalah bentuk kegelisahan intelektual dan keberpihakan moral, kini ia hanya jadi ritual tahunan, atau lebih parah alat negosiasi untuk proyek dan posisi.
Melihat mahasiswa yang dulu digambarkan sebagai agen perubahan, kini lebih sering jadi agen pengaman status quo. Organisasi pemuda yang dulu lantang menolak ketidakadilan, kini memilih diam saat rakyat diusir dari tanahnya, saat harga kebutuhan pokok mencekik, saat demokrasi dibajak elite yang itu itu saja.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Mungkin mahasiswa dan pemuda telah dikalahkan oleh kenyamanan. Mungkin sistem sudah sangat canggih dalam menelan kritik dan menjinakkan oposisi. Organisasi mahasiswa dan pemuda bukan lagi oposisi moral, melainkan bagian dari manajemen konflik. Mereka diberi ruang, asal tidak gaduh. Mereka boleh bicara, asal tak mengganggu stabilitas.
Sampai kapan rela membiarkan penderitaan rakyat menjadi panjang hanya demi kenyamanan kita dalam sistem? Sampai kapan hanya jadi organisasi yang sibuk dengan struktur dan seremonial, tapi kosong dari empati dan keberanian?
Sudah saatnya organisasi mahasiswa dan pemuda bertanya ulang untuk siapa kita berdiri? Kalau jawabannya bukan rakyat, maka sebaiknya kita berhenti menyebut diri sebagai bagian dari gerakan.