KEPULAUAN SULA,BidikFakta.id – Di Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Kepulauan Sula yang ke 22 Tahun, Pemerintah Daerah menoreh prestasi WTP dan pecahkan Rekor Muri Makan Cokelat terbanyak di Indonesia.
Namun siapa sangka dibalik kegembiraan yang mengalir tulus di wajah Bupati Fifian Adeningsi Mus (FAM) tadi di Istana Daerah (ISDA) di sela-sela perayaan HUT, masyarakat kian menjerit akibat banjir di sejumlah titik Kecamatan/Desa yang ada di Kab. Kepulauan Sula.
Mirisnya, fenomena banjir ini sudah berulangkali terjadi, bahkan Pemerintah Daerah melalui Dinas PUPR telah mengambil langkah cepat untuk tanggal persoalan banjir ini. Pada tahun 2023-2025 terdapat 36 Kali di Kepulauan Sula infonya, telah dianggarkan untuk dilakukan normalisasi, sayangnya niat baik Bupati FAM ini bukan buat bangga masyarakat tetapi malah menjadi kekuatiran berkepanjangan setiap kali deruh hujan tiba.
Lalu apa arti WTP?. Apakah senyum bahagia di HUT ke 22 tadi hanya kilah Bupati FAM? Apakah luapan air di sejumlah sungai hari ini semanis cokelat yang dimakan pagi tadi di Istana Daerah?
Warna air kali Waibalanda di Desa Fagudu, hari ini persis warna kopi yang diracik owner Waimua Caffe, JS Caffe, Air Sontong dan sejumlah tempat kopi yang ada di Kota Sanana. Air keruh, tak hanya sampah yang dicabik keluar, tapi rasa takut dan khawatir warga juga ikut disapuh banjir begitu juga dengan APBD 7 miliar yang telah di paripurna DPRD Kepulauan Sula tahun lalu.
Kita, harus bahagia hari ini, soal besok itu tentang kesempatan hidup, kita wajib sehat karena kemarin 33 dokter hampir saja mogok kerja, kita wajib bahagia meski Sula tidak resu!
Jangan lagi ada aspirasi, rumah dan wajah Seokarno kian dianggap pemberontak kok! Apalah arti perjuangan kalau saja kita semua telah sepakat untuk ditindas sistem, dan benar kata Ivan Illich, bahwa setiap kali kekuasaan berganti, kemanusiaan akan ditindas!
Mari rayut senyum kita dan berbahagia, meski kita diterka derita dan buta!
Ditulis oleh: Rifki Leko, Ketua GMNI Kepulauan Sula.