BIDIKFAKTA MOSKOW — Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, tiba di Moskow pada Senin (23/6/2025) untuk mengadakan pertemuan penting dengan Presiden Vladimir Putin dan sejumlah pejabat senior Rusia. Kunjungan ini berlangsung hanya 48 jam setelah serangan besar-besaran Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir utama Iran.
Pertemuan ini menjadi sorotan internasional, menyusul meningkatnya eskalasi militer di kawasan Timur Tengah setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap instalasi militer dan nuklir Iran awal bulan ini. Sebagai balasan, Iran melakukan serangan roket dan menerbangkan drone ke sejumlah wilayah, menyebabkan korban jiwa di kedua pihak.
Meski Rusia mengutuk keras serangan yang dilakukan Israel dan AS, Moskow hingga kini belum memberikan dukungan militer langsung kepada Teheran. Bahkan, Rusia tampak menahan diri dalam menindaklanjuti perjanjian kemitraan strategis yang telah ditandatangani bersama Iran awal tahun ini.
“Dalam situasi yang sangat berbahaya ini, konsultasi dengan Rusia sangat penting,” ujar Araghchi saat tiba di Moskow, dikutip dari media pemerintah Rusia.
Menurut laporan kantor berita resmi Iran, IRNA, Araghchi akan mendiskusikan perkembangan geopolitik terbaru dengan Presiden Putin, termasuk agresi militer yang dilakukan oleh AS dan Israel terhadap Iran.
Sebelumnya, Putin sempat mengusulkan diri sebagai penengah konflik antara Iran dan Israel. Namun, dalam pernyataan terbarunya di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, ia menarik kembali tawaran tersebut, dengan menyatakan bahwa Rusia hanya memberikan opsi gagasan, bukan inisiatif mediasi resmi.
“Kami tidak berusaha menjadi mediator. Kami hanya menyampaikan sebuah gagasan. Jika itu diterima oleh kedua belah pihak, kami tentu senang,” kata Putin pada Jumat lalu.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu mengecam tindakan Amerika Serikat sebagai “tidak bertanggung jawab”, setelah sebelumnya mengeluarkan peringatan kepada Washington agar tidak melakukan intervensi militer terhadap Iran.