BIDIKFAKTA – Nama Khalil Gibran tak bisa dilepaskan dari dunia sastra dan filsafat. Meski dikenal karena gaya puitis dan spiritualnya, kekuatan Gibran justru mulai terasa sejak pembaca melihat judul dari karya-karyanya. Ringkas, dalam dan menggugah. Begitulah karakter dalam judul-judul tulisannya.
Kita dapat melihat itu dalam “The Prophet” “Sand and Foam” dan “Broken Wings” atau “The Madman.” Semuanya pendek, dua atau tiga kata. Tapi masing-masing menimbulkan pertanyaan, rasa penasaran, dan dorongan untuk merenung. Inilah kekuatan Gibran, judul bukan sekadar penanda isi, tapi pembuka ruang kontemplasi.
Di tengah banjir informasi dan artikel hari ini di mana judul harus clickbait untuk bisa dilirik. Gibran justru mengajarkan hal sebaliknya, judul tidak perlu ramai, yang penting berisi. Ia tidak menjual sensasi, tapi mengundang perenungan.
Kebanyakan judul Gibran bernuansa simbolis. “The Prophet” bukan tentang satu tokoh, tapi tentang suara kebijaksanaan universal. “Broken Wings” bukan sekadar kisah cinta, tapi juga tentang kebebasan yang patah. Ia mengandalkan simbol yang kuat dan universal bisa ditafsirkan ulang oleh siapa saja dan kapan saja.
Di sinilah letak geniusnya. Judul-judul Gibran bersifat abadi, tidak terikat dalam konteks zaman, tidak dibatasi budaya, berbicara tentang jiwa, luka, cinta, dan harapan serta tema yang melampaui perbedaan.
Gibran juga tahu kapan harus menggunakan ironi. Dalam “The Madman,” ia memberi ruang pada suara yang sering diabaikan. Judul itu memancing orang untuk tertawa, tapi saat dibaca, pembaca justru tersentak. Siapa sebenarnya yang waras?
Judul tulisan Khalil Gibran bukan sekadar hiasan. Ia adalah pintu masuk ke dunia batin, emosi, akal, jiwa dan spritual. Dalam dunia yang terus mengejar pembaca dan algoritma, karya Gibran memberi pelajaran penting bahwa judul yang jujur dan bermakna akan bertahan lebih lama dari pada judul yang sekadar viral.
Ia menunjukkan bahwa kesederhanaan justru bisa mengguncang. Dan dari judul-judul itulah, Gibran memperkenalkan dunia pada kekuatan kata yang bersumber dari keheningan dan kedalaman.
Penulis: Ahkam Kurniawan Buamona
( Jurnalis )