Kesadaran Tanpa Tindakan adalah Kemewahan yang Sia-sia

OLEH :Tendri Rudin, Mahasiswa Ilmu Hukum UMMU.

OPINI,BidikFakta.idKita hidup di era informasi yang tak pernah berhenti mengalir. Setiap hari, kita disuguhi data, berita, analisis, dan opini dari berbagai arah. Kita tahu betapa parahnya kerusakan lingkungan, harga pangan melonjak, pendidikan belum bisa diakses setara oleh semua kalangan.
ada orang yang kehilangan haknya. kelompok yang tidak diperlakukan adil. banyak keputusan yang tidak berpihak pada mereka yang lemah.
Tapi, apa gunanya tahu jika tidak bergerak?

Banyak dari kita sudah sadar akan masalah yang dihadapi bangsa ini. Kesadaran itu terbangun lewat media sosial, seminar, buku, hingga perbincangan di ruang-ruang kelas. Tapi di titik ini, mari kita renungkan: apakah kesadaran itu cukup?

Kesadaran yang tidak melahirkan tindakan hanyalah kemewahan emosional dan intelektual. merasa sudah peduli karena tahu, merasa telah berkontribusi karena membagikan unggahan, merasa berpihak karena berdiskusi. Padahal, kesadaran tanpa aksi hanya menjadikan kita penonton cerdas di tengah dunia yang butuh pelaku perubahan.

Bayangkan seorang dokter yang tahu pasiennya sakit parah, tapi hanya diam sambil berkata, “Saya tahu, itu memang penyakit serius.” Apakah pengetahuannya menyelamatkan nyawa? Tidak. Yang menyelamatkan adalah tindakan: diagnosis, pengobatan, pendampingan.

Demikian pula dalam kehidupan sosial. Ketidak adilan terjadi di mana-mana. Tapi berapa banyak dari kita yang benar-benar bersuara ketika ketidakadilan terjadi di depan mata? Berapa dari kita yang memilih bertindak, meski dalam ruang kecil, untuk mencegah dampaknya?

Kesadaran sejati harusnya mendorong aksi, bukan rasa puas. Mahasiswa harus lebih dari sekadar pintar; mereka harus menjadi pelaku perubahan di lingkungan sekitarnya. Aktivis tidak cukup dengan marah; mereka harus membangun jembatan solusi. Pemerintah tak cukup tahu masalah rakyat; mereka harus hadir dan merespons secara nyata. Dan masyarakat, kita semua, tidak bisa hanya tahu bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Kita harus peduli dan bergerak.

Mulailah dari langkah kecil: mengkritisi tanpa membenci, membangun komunitas, menolak diam ketika melihat penindasan, dan menggunakan suara untuk menyuarakan yang benar. Gerakan sosial besar selalu dimulai dari satu orang yang berani bergerak ketika yang lain hanya diam.

Pengetahuan adalah kekuatan, tapi hanya jika digunakan. Kesadaran adalah cahaya, tapi hanya jika diarahkan untuk menerangi, bukan sekadar menyilaukan. Mari kita hentikan ilusi bahwa “tahu” saja sudah cukup. Dunia ini tak butuh lebih banyak penonton pintar. Dunia butuh pelaku perubahan.

Saatnya kita tinggalkan kemewahan sia-sia berupa kesadaran pasif. Saatnya bertindak. Karena perubahan tak akan pernah datang dari mereka yang hanya tahu, tapi dari mereka yang peduli dan berani melangkah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *