Sejarah dan Budaya Nenek Moyang, Sebagai Solusi Pengembangan Potensi Masa Depan Maluku Utara

OLEH : Fahdi Hulum

BidikFakta.id – Opini Ini bukan sekedar sejarah yang kita uraikan, melainkan juga menyentil sedikit asumsi dan paradigma masyarakat yang cenderung melihat aktivitas yang terjadi di darat, akan tetapi perlu kiranya kita juga melihat sesuatu yang terjadi di laut, dan laut sebagai apa?

Laut bukan pembatas melainkan penghubung antara pulau-pulau. Kita adalah masyarakat yang mewarisi jiwa bahari, mewarisi pengetahuan navigasi, dan cara membuat kapal/perahu, ini yang kemudian menjadi alat menuju perkembangan, jagan hanya teoritis sejarah melaikan aktualisasi sejarah hari ini.

Berbicara tentang budaya dan tradisi sehingga menjadi tongkat estafet peradaban maritim kususnya di Maluku Utara bahkan seluruh Indonesia. Opini ini sudah barang tentu memiliki banyak kesalahan didalamnya akan tetapi penulis juga mengajak kepada kita semua upaya untuk meningkatkan sosial kultural Maluku Utara sebagai potensi yang besar, sejarah menjadi paramotor dalam aspek perkembangan dan pemberdayaan lintas Maritim.

Kultur Nusantara: Berdasarkan literatur yang kemudian di tulis oleh Adrian B. Lapian (Pelayaran dan Perniagaan Nusantara) komunikasi dan lalu lintas antara Kepulauan Indonesia ini sudah barang tentu di mungkinkan oleh penduduknya yang telah mengembangkan suatu jaringan hubungan maritim yang lebih baik jauh sebelum eropa masuk, didukung oleh kemajuan dalam hal ini sistem perkapalan, keahlian navigasi, dan suatu enterprising spirit yang besar. Kegiatan di laut yang dominan dalam kehidupan bangsa kita tercermin dalam sebutan jaman bahari yang sinonim degan jaman purbakala. Sifat internasional dari pelayaran dan perdagangan telah nampak pula pada jaman Kerajaan-kerajaan Indonesia.

Sepaska kedatangan Eropa ke Nusantara abad ke-16, oleh: Tome Pires,diawali oleh bangsa Portugis yang datang untuk berdagang dan mencari rempah-rempah. Awal Abad ke-16 Bangsa Eropa pertama yang datang ke Nusantara adalah Portugis, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque,Tujuan Awal.

Mereka adalah untuk berdagang, khususnya mencari dan menguasai perdagangan rempah-rempah yang sangat berharga pada saat itu, seperti cengkeh, pala, dan lada selain itu, mereka juga membawa misi 3G (Gold, Glory, Gospel) yaitu mencari kekayaan, kejayaan, dan menyebarkan agama.

Peran Bangsa Portugis berhasil menguasai Malaka pada tahun 1511, yang merupakan pusat perdagangan penting, dan kemudian bergerak ke Maluku pada tahun 1512. Bangsa Eropa Lainnya Setelah Portugis, seperti Spanyol dan Belanda juga datang ke Nusantara, dengan tujuan yang sama yaitu menguasai perdagangan rempah-rempah dan memperluas pengaruh mereka, pada saat itu sistem perdagangan lintas laut yang tadinya sangat besar di perairan Nusantara dan berpagaruh sudah mulai terancam, kita juga di anggap perompak oleh eropa di karenakan berperang melawan kolonial Adrian B Lapian dalam bukunya (bajak Laut, orang laut dan raja laut) adanya krisis sehingga terjadinya pemberontakan dari kalangan masyarakat pribumi selayaknya perlawanan masarakat pribumi bukan dikatakan pemberontakan melaikan pembelaan atas ketimpangan sosial yang terjadi.

Seiring berjalannya waktu di abad ke-18 terjadinya revolusi industri penemuan mesin uap di eropa tepatnya di Inggris industri perkapalan eropa sudah mengalami kemajuan, ini adalah peluang bagi eropa untuk perampasan ruang hidup, mengeser nilai-nilai sosial Nusantara yang semula bercirikan kemaritiman menurunkan semangat jiwa bahari menjadi kontinental agraris.

Korelasi degan uraian di atas masyarakat Maluku Utara sebagai masyarakat yang mempunyai jiwa bahari yang tinggi, kegiatan melaut merupakan cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, observasi dari kacamata geografis, Maluku Utara adalah laut yang di taburi pulau-pulau, dari aspek lingkungan pengaruhnya terhadap masyarakat yang berkebiasaan melaut, hasil empiris ini menjadi implikasi pengetahuan navigasi, sistem perkapalan, dan ilmu astronomi yang alami di miliki nenek moyang Maluku Utara. ini adalah warisan yang di tinggalkan leluhur kita. Akan tetapi realitas teknis pembangunan dalam wilayah maritim di abad 21 tidak terlalu kompeten, padahal sejarah leluhur menjawab ketimpangan sosial yang terjadi abad ini.

Menurut (Kutowijoyo) sejarah adalah rekonstruksi masa lalu yang dilakukan untuk memahami dan mengontekstualisasikan peristiwa-peristiwa masa lalu ke dalam kehidupan saat ini. Artinya bahwa di kehidupan saat ini kita menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur yang seharusnya menjadi bahan diskursus abad sekarang, agar teraktualisasi.

Dari sejarah kita dapat berkembang pada sistem ekonomi, maritim, pendidikan, dan infrastruktur Maluku Utara. Perdagangan melalui jalur laut, bagian urgensi dari konsep ini, pelabuhan dan perkapalan sebagai transportasi barg dagang, logistik, harusnya di optimalisasi. Ekspor-impor lintas laut lebih memadai kemudian orientasi ini dapat juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *