PUISI – Kepada, persikan ombak yang mengalun merdu. Kepada, mata yang berkaca-kaca di ujung pulau lifmatola.
Aku dan perahu kertas ku kian berlalu. Di tangan kiri ku, ku pegang erat pesan suci dan sebuah tujuan yang tergantung tinggi tiang kapal.
Burung camar, dan pasir putih tanjung waka melikus jelas wajah mu dengan cinta dan sedih.
Tak, setiap malam kini begitu dingin, membawa karam kapal kertas ku di tengah harapan dan assa.
Kini yang tersisa hanyalah salah dan pisah. Rindu menjadi sebuah sia-sia laksana teluk yang menanti tuan.
(artikel/bidikfakta.id-kam)