Cinta dan Pena Jurnalis!

Ahkam K. Buamona. (Bidikfakta.id)

BIDIKFAKTA – Pena ini tak hanya menulis berita, ia juga menulis luka yang tak pernah masuk tayangan utama. Setiap paragraf yang ku tuang seperti serpihan diriku yang hilang antara kebenaran dan kenangan tentangmu yang tak bisa kutuliskan.

Aku jurnalis dari ruang sunyi, berlari di antara asap, suara tembakan, dan duka. Tapi luka paling tajam bukan yang kulihat di medan konflik, melainkan yang kau tinggalkan saat memilih diam di antara jeda wawancara dan berita utama.

Bacaan Lainnya

Kertas-kertas ini basah oleh embun malam, tapi sejujurnya itu air mataku yang kutahan, karena tak semua kesedihan layak jadi berita, apalagi tentangmu.

Namamu tak bisa kutulis, karena itu akan meruntuhkan batas antara profesional dan manusia. Tapi setiap kalimat tentang kehilangan, ada bayangmu yang menyelinap di antaranya, diam-diam menyelusup di bawah tanda baca.

Aku pernah mencoba menulismu, sebagai tokoh fiksi, sebagai baris puisi, tapi kenyataan selalu menertawakanku bahwa kau bukan lagi bagian dari cerita yang bisa kuterbitkan.

Di balik setiap liputan perang dan krisis, hatiku bergetar oleh satu pertanyaan kecil, kau baik-baik saja di sana?. Bukan sebagai nara sumber, bukan sebagai korban, tapi sebagai seseorang yang pernah mengisi ruang redaksi hatiku.

Mereka pikir aku tangguh karena bisa melaporkan kematian tanpa menitikkan air mata. Namun, yang tak mereka tahu, aku sudah terbiasa kehilangan dimulai dari dirimu.

Pena ini yang dulu kugunakan untuk menulis surat cinta, kini hanya pandai merangkai duka, tanpa tahu cara kembali menulis tentang bahagia.

Aku terus menulis karena itu satu-satunya cara aku tetap hidup. Tapi cinta-cintaku padamu telah menjadi berita usang yang tak sempat terbit, tersimpan di folder draft bersama banyak hal yang dunia tak pernah izinkan untuk dimuat.

Dan saat malam turun, aku bukan lagi jurnalis yang objektif. Aku hanya manusia yang menyimpan rindu pada seseorang yang tak bisa kujadikan judul utama, tapi selamanya jadi isi dalam setiap kata pena ku.

Penulis: Ahkam Kurniawan Buamona

(Pimpinan Redaksi Bidikfakta.id)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *